Abi…Ummi.., tanamkan tauhid semenjak ia kecil…

November 16, 2009 pukul 5:21 am | Ditulis dalam Uncategorized | 34 Komentar

sembu'

  • “Dan Ingatlah, tatkala Luqman (Al-Hakiem) berkata kepada anaknya seraya menasehatinya:”Hai Anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah kerana sesungguhnya menyekutukan Allah itu sungguh merupakan kedholiman yang besar…”(QS. Luqman:13)
  • Maasyaallah…inilah nasehat Luqman kepada anak-anaknya…

    Itulah sebabnya, menanamkan ajaran Tauhid adalah kewajiban paling utama setiap orang tua. Bukan sekedar ucap Lisan yang kemudian nempel di dalam hati, namun lebih dari itu… Meronai dalam segala aspek kehidupan si anak.
    dan kerana hadits nabi yang menegaskan, bahwa
    “kullu mauuluudin yuuladu ‘alal Fitroh, fa abawaahul ladzii yuhawwidaanihi au Yunashshiroonihi..”
    tiap “yang dilahirkan”/ anak/ bayi, pasti ia dalam keadaan Fitroh; suci…maka (setelah itu) kedua orang tua-nyalah yang me-Yahudikannya atopun me-Nashranikannya…
    Dari hadits di atas dapat diambil I’tibar, bahwa keselamatan dunia akhirat si anak, pada Mulanya dibebankan pada dua ortunya, klo keduanya mendidik dg didikan yang baik, maka diharapkan (besar harapan) ia akan menjadi baik, dan berakhir pada kebaikan pula; Husnul Khotimah.

    Allahummaa innaa nas-aluKa husnal Khootimah, wa na’uudzubiKa min suu-il khootimah…

    yuk mawas diri…

    Oktober 30, 2009 pukul 5:43 am | Ditulis dalam Uncategorized | 5 Komentar

    Q dan temen2 menuruni Gunung Lawu-Karanganyar-Jateng

    Perbukitan..walopun ianya tinggi, tapi tidaklah ianya bersikap Sombong..masyaallah


    Tawadhu’lah sepertimana Bintang di atas langit yang berkerlip tiada henti…
    Di atas air ia Nampak Dekat…
    Padahal ia tinggi sekali…
    Dan jangan seperti asap yang membumbung…
    Menembus awan membanggakan diri…
    Padahal ianya rendah tiada Arti…

    masyaallah….satu kata yang menghantarkan manusia pada kasih sayang dari Allah, juga cinta kasih serta rasa empati bagi para Pemiliknya dari manusia…
    ianya tak dapat diganti dengan materi, berapapun banyaknya…
    ianya tak dimiliki kecuali orang yang Allah berkehendak padanya…
    ianya merupakan washiat para nabi pada keluarganya…
    ianya kan jauhkan manusia dari panasnya Api neraka, serta adzab Allah akan dahsyatnya…

    Ya Allah, berikanlah sifat Agung nan Mulia ini pada hamba yang amat Dlo’if …

    mari bersama tuk itung diri….(4ta yang lum selese…)

    Maret 1, 2009 pukul 5:09 pm | Ditulis dalam Uncategorized | 12 Komentar

    Bismillah….

    tak tau, kenapa jari-jari ni ampe nulis yang begini ni…(loh…loh…x sadar ya????)
    tapi alangkah indahnya klo kita mo menjadikannya sebagai bahan tuk itung diri, betapa terkadang kita belajar, mengaji, bahkan ikut kajian-kajian rutin, tetapi terkadang tak pernah ijtihad/ bersunguh-sungguh berusaha dalam mengamalkan ilmu tu:
    Kadang-kadang kita merahsiakan sebagian ilmu yang kita miliki agar orang lain xde yang mengungguli kita; kerana ilmu memang dapat dipakai tuk pamer, berbangga kerana disebut sebagai orang pandai/ ulama; merasa bangga dengan ilmu yang telah kita peroleh, merasa bahwa orang lain xde yang boleh menandingi, bahkan yang lebih parah laghi bilamana kita menganggap darjat orang lain rendah/ sepele, kita lupa bahwa “di atas setiap orang yang punyai ilmu tu ada yang lebih ‘alim…”; lebih pandai gitu…sebagaimana firmanNya:
    وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ يوسف :76

    kita semuwa tau bahwa Ilmu memang dapat kita gunakan semau kita, baik tu untuk mempengaruhi orang lain supaya tunduk kepada kita, menuruti kemauan kita dalam soal-soal dunia; baik yang berupa 4ta
    mange apa toh 4 ta tu???
    harta (kita mudah mendapatkan pinjaman wang, hadiah, bantuan, permintaan; hal-hal duniawi..)
    tahta (kita dikedepankan dan didahulukan dalam berbagai acara..)
    wanita (menjadikannya istri atau menantu..)
    juga Toyota (sebagai tunggangan sehari-hari ato sekedar agar dibilang orang berpunya…), knapa Toyota??? kerana kata orang tu, brand yang D-Best dalam pabrikan Mobil…(ramai orang kata, bukan hanya aku…)
    bahkan, Jakarta sekalipun….! abisnya deket ma Pemilihan Umum…(pesta Demo-CRAZY), dan Pusat Pemerintahan de di Jakarta…; Ibu Kota Indonesia …
    jadi tak cuma 4ta sahaja, malahan 5ta..!
    Kadang pulak terfikirkan bahwa ilmu Al-Islam ni harus kita kembangkan terus dari masa ke masa, dari generasi ke generasi; bahwa generasi yang kan datang harus lebih baik daripada generasi sekarang; kita lupa bahwa ilmu harus kita wariskan kepada penerus kita, perlu kita ingat, bukan hanya “bagaimana mencari dunia…” yang diajarken ke mereka sahaja, bahkan urusan Akhirat lah yang lebih didahulukan….
    semoga Allah sentiasa berikan kita kemampuan tuk ngemalken dan ngewarisken ilmu Islam yang tlah kita pelajari…
    Ya Allah, ampunilah bilamana hamba ni silap…
    Ya Allah; Dzat yang Membolak-balikkan hati manusia, teguhkan hati-hati kami pada DienMu…
    Ya Allah; Dzat yang Mamalingkan hati manusia, palingkanlah hati kami ke arah ketaatan kepadaMu…

    Bilamana de ucap yang tak berkenan di hati antum semuwa, ketahuilah bahwa xde niatan tuk nyinggung antum, malahan admin berharap kalo Allah mengampuni dosa-dosanya…Astaghfirulloh…

    MalamQ di Asmara_eh Asrama Pondok Indah

    Juni 4, 2008 pukul 4:03 pm | Ditulis dalam ceR_pen, Uncategorized | Tinggalkan komentar

    MALAM ITU AKU MASIH SELAMAT

    Hujan rintik-rintik sedari tadi tak henti-hentinya mengguyur asrama tempatku menuntut ilmu selama ini. Bintang-bintang tak tampak semburatnya. Bulan malu untuk menampakkan paras cantiknya. Tikus-tikus malas untuk bermain. Ah.. Begitu juga aku, malas tuk mengulangi pelajaran tadi siang …

    Ku tengok jam dinding berhiaskan biji-bijian yang membentuk tulisan SAMUDRA itu. Ah… jarum jam telah menunjuk angka 10 dan sebelas. Sebentar lagi aku wajib tidur. Itulah salah satu qanun (aturan) ketua ma’hadku yang harus kutaati.

    “Sa’ah ‘Asyirah… Sa’ah ‘Asyirah… li kulli ahadin falyarqud (Jam sepuluh… Jam sepuluh. Setiap santri harus segera tidur)” Telingaku menangkap suara keras setengah teriak itu. Itulah nyanyian nina boboku saban hari yang didendangkan oleh qismu tani (tartib wal amni / ketertiban dan keamanan”. Terpaksa aku harus memicingkan mataku yang masih membundar bak bulan purnama. Jam sembilan tadi aku memang sengaja minum secangkir kopi asli Lampung. Aku ingin bergadang semalaman menikmati panorama malam tahun baru kali ini.

    ****

    Setengah jam kemudian paguyubanku berubah menjadi taman pemakaman, sepi nan sunyi. Yang kulihat hanyalah tarian tubuh-tubuh yang lemas lunglai tak sadarkan diri. Yang ku dengar hanyalah dengusan nafas yang berlomba-lomba. Entah apa yang mereka perebutkan.

    Sementara itu, di luar sana terdengar suara petasan tahun baru bersahutan. Mesin sepeda motor menderu-deru beriringan. Gelak tawa muda-mudi, tua muda, besar kecil, semua sama, satu tujuan, yaitu menyambut hari bersejarah, tahun baru 2008. Alangkah indahnya panorama malam ini. Ditambah lagi nyanyian rintik-rintik hujan yang bertatapan dengan tanah.

    Ah… malang nian nasibku. Aku ingin bersama mereka. Menyalakan petasan. Berkeliling sepanjang jalan Selamet Riyadi dengan motor Jupiterku sambil mendeteng popcorn.

    ****

    “Ayo tunggu apalagi Azkiya! Cepat lari dari tempat ini. Temui teman-teman sejawatmu itu. Untuk apa kamu harus bertahan di tempat memuakkan ini. Bukankah kamu akan bergembira bersama mereka??? Ayo cepat lari! Ayo cepat!!!” Tiba-tiba ku mendengar bisikan yang tak kutahu dari mana asalnya. Bisikan itu masih saja memenuhi daun cupingku. Bahkan menjalar sampai ke ubun-ubunku.

    “Ah bajibun kamu! Ingat keluargamu di rumah. Dia mengharapkan kamu! Apa kamu ingin mengkhianati mereka? Ha! Anak tak tau diuntung! Jangan sekali-kali kamu lari dari tempat ini! Ingat itu! Jika tidak, kamu akan menyesal sepanjang masa!” kuncup hatiku.

    ****

    Aku bingung. Kudongakkan kepalaku ke langit yang juga muram berselimut mendung kelabu. Mataku menerawang menjelajah ruang angkasa. Ku cari sebuah jawaban. Mungkin ku akan mendapatkannya di sana. Meski ku yakin pasti dia akan diam seribu bahasa. Tak henti-hentinya kedua bisikan itu bergantian memekakkan telingaku. Yah… mendiang bapakku sebelum meninggalkanku selama-lamanya berpesan agar aku melanjutkan sekolah di ma’had ini. Aku harus lulus dan meneruskan misinya. Aku tak boleh putus asa. Aku harus berusaha sekuat tenaga. Aku harus betah di ma’had ini, meski qanun-qanunnya menyesakkan dada. Bayangkan saja, Aku sama sekali tak boleh turun keluar dari asrama selain ke maktabah (perpustakaan), menemui orang tua jika dijenguk dan keperluan-keperluan yang penting. Tak boleh bawa uang. Jajan dibatesi. Ah… serasa ma’hadku ini bagaikan penjara Guantanamo bikinan Amerika itu. Bahkan mungkin lebih menyakitkan. Aku ingin bebaaaaaaaaaaaasssss.

    Tanpa ku duga, aku tak kuasa membendung air mataku yang memaksa turun. Pipiku tertutupi butiran-butiran bening yang menganak sungi. Dadaku berdegub kencang. Relung hatiku penuh kebingungan.

    ****

    “Bek…” sebuah tangan mungil yang tak asing lagi bagiku menyambar pundak kananku.

    “Ah ngganggu orang aja, nggak lucu tau!” ujarku ketus kepada si Aisya yang menyadarkanku dari lamunan. Ku coba menyembunyikan rasa sedihku. Tapi.. dasar bangkai, pasti tercium.

    “Azkiya… ada apa denganmua? Udah larut malam kok belum tidur? tanya Aisya penasaran. Ada masalah? Aku siap kok menampung curhatmu”.

    Aku diam membisu. Tak sepatah katapun keluar dari mulutku. Ku tak ingin dia mengetahui gejolak batinku. Biar kupendam sendiri kesedihan ini. Ku tak ingin membuat orang lain sedih karenaku. Apalagi dia bukan apa-apaku. Dia hanya sebatas teman seperjuangan.

    “Ayo… Azkiya… bicara padaku, mungkin aku bisa membantumu. Aku kan sahabatmu? Kan Al-Muslimu Akhul muslim?” bujuknya agar aku mau bercerita. Tapi tetap aku bungkam seribu bahasa. Sepertinya ada yang mengelem mulut manisku.

    “Kamu tak kerasan ya?” Ingin bebas seperti mereka! terka Aisya sambil menunjuk arah yang suara riuh itu berasal.

    Akhirnya hatiku luluh juga. Ku sadar aku salah. Tak seharusnya aku mengacuhkan uluran tangan sahabat yang benar-benar ingin membantuku. Akupun anggukkan kepala pertanda mengiyakan.

    “Ya…, aku tak kerasan. Apalagi dalam suasana seperti ini, Aisyah. Uhu.. uhu.. uhu. Tangisku pecah. Aku ingin bersama teman-temanku di luar sana, menyalakan petasan tahun baru, konvoi berkeliling kota Solo dan….”

    “Udah… kamu harus bersabar Azkiya. Aku tau… kita juga anak ABG seperti mereka. Tapi… Kamu jangan samakan dirimu dengan mereka. Bertahun-tahun kamu menuntut ilmu di tempat yang mulia ini. Sudah banyak ilmu yang kau teguk. Merugilah jika kamu ingin seperti mereka. Azkiya… insyaallah, Allah akan membalas jerih payahmu selama ini. Ingat sabda Rasul “Sab’atun yudlilluhumullahu yauma la dlilla illa dlilluh…. Wa Syabbun nasya`a fi ‘ibadatillah…” Sahut Aiysa sebelum ku selesai berbicara.

    “Azkiya… sahabatku… apa kamu tidak ingin termasuk dari golongan mereka? Orang-orang yang mendapatkan naungan di hari yang matahari sejengkal di atas ubun-ubun dan tidak ada naungan selain naungan-Nya?!” .

    Aku menganggukkan kepalaku.

    “Ingat Azkiya… dulu kamu pernah bercerita kepadaku bahwa mendiang bapakmu berpesan supaya kamu melanjutkan misinya. Apa kamu mampu melakukan hal itu tanpa bersusah-susah seperti ini?” tanya Aisya dengan suara parau.

    “Azkiya, tak usah kau hiraukan bisikan setan yang menyesatkan nan terlaknat itu. Memang semenjak dia diusir dari taman surga, karena enggan bersujud kepada kakek kita Adam ‘alaihissalam, dia berjanji akan selamanya memusuhi dan menggilincirkan anak cucu Adam ke jurang kehancuran. Dia sama sekali tidak rela jika anak cucu Adam menjadi orang shalih.”

    QAALA ARAITAKA HADZALLADZI KARRAMTA ‘ALAIYYA LAIN AKHKHARTANI LA`AHTANIKANNA DZURRIYYATAHU ILLA QALILA.

    ****

    Astaghfirullah… Aku baru sadar jika sedari tadi aku dalam genggaman dan kendali setan terlaknat itu. Ya Allah… ampunilah hamba-Mu yang lemah ini. Kuatkanlah hamba-Mu ini. Jadikanlah hamba-Mu ini bunga karang yang tak patah disambar ombak dan tak lapuk diterpa panas matahari. Ya Allah Yang Maha Kuasa… Tak ada daya dan upaya selain dari pada-Mu.

    Aku kembali tak kuasa menahan tetesan butiran bening yang sedari tadi antri untuk turun. Ku dekap erat-erat tubuh jangkung Aisya. Kuluapkan segala isi hatiku dalam kehatangan dekapannya. Dia bagaikan malaikat penyelamat yang dikirim Allah dari langit petala tujuh.

    “Jazakillahu khairan ya ukhti. Kamu telah mengingatkanku dari kelalaian ini ” bisikku berterima kasih kepada Aisya.

    “Ya… kamu harus sabar Azkiya. Jangan kau kecewakan orang tuamu, terlebih mendiang bapakmu. Kamu harus tegar. Rajin-rajinlah bermunajat kepada Yang Maha Pengasih agar kamu dikaruniai kesabaran dalam melintasi duri ujian dan rintangan ini ” bisik Aisya sambil mengelus-elus punggungku yang bergetar kencang. Lalu diilepaskannya pungguungku. Dia menatap wajahku dalam-dalam. Disekanya air mataku. Dipegangnya erat-erat kedua pundakku. Masyaallah… serasa dia seperti ibuku sendiri. Bunda… ku rindu padamu bunda…

    ” Sudah sabar ya?! Suara Aisyah memutus kerinduanku. Malam sudah semakin larut Azkiya, mari kita tidur. Supaya nanti kita bisa bangun untuk bertahajjud ” Aisya mengakhiri pembicaraannya. Lalu bayangannnya menghilang di balik pintu besi itu.

    Aku pun mengikutinya masuk. Aku tak langsung tidur. Terlebih dahulu ku pergi ke hammam (kamar mandi). Ku hendak mengambil air wudlu. Ku ingin mengadu kepada Sang Pencipta dengan ditemani kesepian malam. Ku angkat tinggi-tinggi lenganku. Kumohon diberi kekuatan untuk semua ini.

    ****

    “Alhamdulillah… Ya Allah… Engkau masih Menyelamatkan hamba malam ini” puji syukurku ke hadirat Yang Maha Pemurah.

    Tak lama kemudian aku berkelana di alam ruhku. Ku lihat mendiang bapakku melambai-lambaikan tangannya. Mengisyaratkan agar aku mendekat kepadanya. Seakan-akan dia mengajakku pergi bersamanya. Ia berbusana serba putih. Wajahnya berseri-seri indah seperti bunga sakura di taman surga. Entah ku tak mengerti pertanda apakah ini? Yang penting aku masih selamat malam ini. Alhamdulillah, segala puji hanya untuk-Mu ya Allah.

    Surakarta 14 Muharram 1429

    Just for My friend in Al-Islam Boarding school

    Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.
    Entries dan komentar feeds.